Logo

#Obesitas koleksi artikel, ditemukan 2 artikel

Acara, Kabar Tebaru

Pengumuman 10 Peserta LWC 2016 yang Lolos ke Babak Final

Seminggu yang lalu tepatnya tanggal 17 September 2016 20 semifinalis LWC dikumpulkan untuk pertama kalinya. 20 peserta ini kemudian diberi arahan mengenai tahapan yang harus dilakukan seminggu kedepan untuk penentuan yang lolos ke babak final. Salah satu indikator penentu mereka lolos atau tidak ke babak final adalah berapa banyak mereka sanggup menurunkan berat badan selama 1 minggu.

Sabtu 24 September kemarin ke-20 semifinalis kembali dikumpulkan untuk mendengarkan pengumuman siapa saja yang lolos ke babak final. Bertempat di Coworking Space Conclave, sembari menunggu pengumuman yang lolos finalis para peserta mengikuti worksop relaksasi yang dibawakan oleh Anindita Citra psikolog internal lightHOUSE. Para peserta sangat antusias mengikuti workshop relaksasi yang dibawakan oleh Mbak Citra, terlihat mereka begitu serius mengikuti tahap demi tahap relaksasi.

IMG_9572 IMG_9556 IMG_9550 IMG_9534 IMG_9611 IMG_9602

Setelah workshop relaksasi selesai, barulah pengumuman finalis LWC 2016 diadakan. Dan 10 peserta yang lolos ke babak final adalah:

  1. Widhyasmaramurti
  2. Rika Juni Jayanti
  3. Mellysa Gilbeth
  4. Medina Sumendap
  5. Junita Simamora
  6. Zulfa Maulida
  7. Mesona Waruwu
  8. Kikie Wijaya
  9. Affansyah Wirandra
  10. Febrina Elissa

Berikut adalah wajah-wajah bahagia mereka yang lolos ke babak final. Yay selamat ya!

IMG_9685 IMG_9781 IMG_9789

09/26/2016
Selengkapnya
Weight Control Tips

Test Awal 20 Semifinalis lightWEIGHT Challenge 2016

Sabtu 17 September kemarin 20 semifinalis lightWEIGHT Challenge 2016 datang ke kantor lightHOUSE untuk mengikuti serangkaian test tahap awal. Pada test awal ini ke-20 semifinalis akan melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh(MCU), pengecekan tensi darah dan penimbangan berat badan bagian pertama. Dalam 1 minggu kedepan, 20 semifinalis berkompetisi menurunkan berat badan masing-masing, 10 orang dengan turun berat terbanyak akan maju ke babak final.

Untuk membekali kompetisi selama 1 minggu kedepan, para semifinalis diberikan arahan oleh Ibu Vera Napitupulu terkait program penurunan berat badan yang berlaku di lightHOUSE. Tidak hanya itu, setiap peserta melakukan one on one dengan ahli gizi internal lightHOUSE untuk sharing seputar masalah yang dihadapi dalam menurunkan berat badan selama ini. Untuk mempermudah program penurunan berat badan yang akan berjalan 1 minggu kedepan, para semifinalis juga bertemu psikolog internal lightHOUSE Indonesia untuk melakukan psikotest.

Di bawah ini adalah dokumentasi kegiatan yang dilakukan 20 semifinalis lightWEIGHT Challenge 2016 Sabtu 17 September 2016 kemarin.

WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.02.40 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.02.46 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.03.26 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.03.35 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.03.45 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.03.48 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.04.35 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.04.38 (1) WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.04.44 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.07.44 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.07.46 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.07.51 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.07.56 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.08.42 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.08.55 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.09.24 WhatsApp Image 2016-09-17 at 16.09.25

09/18/2016
Selengkapnya
Weight Control Tips

Menurunkan Berat Badan Dengan Terapi CBT dan Bedah Bariatrik, Apakah Aman?

Hampir setiap tahun ada jenis diet baru yang mengklaim lebih efektif, lebih aman, lebih sehat. Namun, setiap tahun pula angka obesitas dan orang yang kelebihan berat badan terus bertambah. Padahal diet dan cara-cara penurunan berat badan tersebut sederhana. Publikasi dan sosialisasinya juga cukup luas melalui buku, artikel kesehatan, dan dari mulut ke mulut.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana jika diet saja belum cukup untuk menurunkan berat badan? Sehingga orang-orang mulai memikirkan cara lain untuk menurunkan berat badan seperti menggunakan metode Terapi Cognitive Behaviour Therapy (CBT) dan Bedah Bariatrik. Dua jenis terapi ini terbukti efektif menurunkan berat badan bila disertai penerapan pola makan yang benar.

Terapi Cognitive Behaviour Therapy (CBT)

Konsultan penurun berat badan, peneliti tingkah laku dan pemerhati gaya hidup dari klinik lightHOUSE, dr. Grace Judio-Kahl, M.Sc, M.H, CHt. mengatakan “cara penurunan berat badan umumnya adalah dengan pengaturan pola makan dan olahraga”. Ia menambahkan, rata-rata klinik penurunan berat badan di Indonesia menitikberatkan pada terapi obat dan tindakan penunjang lain seperti akupunktur, suntik, mesoterapi, dan sebagainya yang sifatnya kosmetik, bukan medis.

Baca Juga: Berat Badan Melonjak Saat PMS? Begini Cara Menjaganya!

dr. Grace memaparkan hasil penelitian klinis tentang efektivitas terapi CBT. Penelitian yang dilakukan mulai 9 April s.d 27 Oktober 2012 ini melibatkan sekitar 60 orang. Sebanyak 30 orang mendapatkan program CBTKombi dan 33 orang dengan program konvensional konsultasi. Para peserta menjalani kedua jenis terapi tersebut minimal 3 bulan dan memiliki BMI minimal 25. Responden kedua grup tersebut homogen dari segi usia, status sosial dan BMI.

Hasil penelitian menunjukkan, kelompok CBTKombi mengalami penurunan berat badan 3,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan kelompok konvensional dan signifikan dari uji statistik (6,33 vs. 1,82kg, p < 0,001). Jumlah pasien yang mengalami penurunan berat badan 3,5 kali lebih banyak dan yang turun lebih dari 10% mencapai dua kali lebih banyak daripada kelompok konvensional, serta lebih sedikit pasien yang turun kurang dari 5%. Selain itu, pada kelompok CBTKombi, pasien yang lepas obat penurun berat badan setelah program sebanyak 42,4%. Sementara pada kelompok konvensional 83,4% masih menggantungkan diri pada obat.

Pasien yang lapar mata atau compulsive overeating disorder (COD), sering diet dan gagal atau binge eating disorder (BED), dan yang makan karena stres atau emotional eating disorder (EED), mengalami perbaikan signifikan pada kelompok CBT Kombi. Sementara pada kelompok konvensional kondisinya malah memburuk.

Menurut dr. Grace, secara keseluruhan CBT lebih efektif membantu penurunan berat badan karena lebih komprehensif. Kelemahan program ini adalah pasien harus meluangkan waktu lebih banyak. Kemungkinan pasien konvensional tidak mengalami perbaikan karena mereka belum siap berubah dan mengharapkan tindakan instan. Pada pasien semacam ini dibutuh tindakan yang lebih invasif atau dosis obat yang tinggi.

Baca Juga: Susah Menurunkan Berat Badan? Perhatikan Hal-hal Ini

Bedah Bariatrik

Bedah bariatrik atau bariatric surgery adalah operasi untuk menurunkan berat badan pada pasien obesitas morbid (obesitas yang menyebabkan penyakit) di mana metode lain seperti diet, olahraga, dan pengobatan tidak efektif. Tindakan ini dapat membantu pasien sulit yang masuk golongan obesitas berat atau yang harus menurunkan berat badan hingga berpuluh kg. Untuk memperbaiki kondisi kesehatannya, diperlukan operasi bariatrik atau operasi penurunan berat badan. Operasi ini berbeda dengan operasi yang sifatnya kosmetik seperti sedot lemak atau tummy tuck yang fungsinya terbatas untuk tujuan kosmetik pengecilan lingkar-lingkar badan dan bukan untuk menurunkan berat badan.

Prosedur ini masih sangat jarang dilakukan oleh dokter bedah di Indonesia dan masih menuai kontroversi. Meskipun, di negara-negara berpenduduk dengan ukuran tubuh besar, seperti Amerika, sudah sering dilakukan. Konsultan bedah senior di Divisi Bedah Metabolik dari Tan Tock Seng Hospital, Singapura, Dr. Aaryan N. Koura, MD menjelaskan bagaimana sebenarnya bedah bariatrik yang aman.

Ada beberapa jenis bedah bariatrik, yang paling ringan adalah operasi pemasukan balon. “Caranya dengan memasukan balon menggunakan alat edoskopi ke dalam lambung. kemudian balon akan dikembangkan sehingga memberi sensasi kenyang. Prosedur ini dapat membantu pasien mengurangi asupan makanan. Namun, hasilnya tidak permanen dan kemungkinan berat badan kembali naik lebih tinggi,” ujar Dr. Koura. Ia menambahkan, prosedur ini tidak disetujui oleh FDA di Amerika Serikat. Karena risikonya tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh.

Operasi yang lebih invasif yaitu gastric banding atau Vertical Sleeve Gastrectomy dan Roux-en-Y Gastric Bypass. Keduanya merupakan prosedur yang diajurkan karena lebih permanen dan efektif mengurangi berat badan. Operasi dilakukan dengan tehnik laparaskopi sehingga tergolong operasi kecil dengan masa pemulihan yang singkat. Perbedaan keduanya antara lain: Vertical Sleeve Gastrectomy, secara permanen mengurangi 60-80% ukuran lambung sehingga sensasi rasa lapar berkurang akibat produksi hormon Ghrelin yang juga berkurang. “Saya banyak menyarankan operasi ini karena aman, efektif, dan tidak membutuhkan pengawasan pascaoperasi yang intensif,” Dr. Koura menerangkan.

Baca Juga: Cara Menurunkan Berat Badan Setelah Lebaran

Sementara itu, Roux-en-Y Gastric Bypass adalah memotong lambung dan menyambungnya dengan usus. Efek samping yang mungkin terjadi dari kedua prosedur tersebut antara lain mual, muntah, kemungkinan devisiensi vitamin. Pada Gastric Bypass ada kemungkinan terjadi pendarahan. “Tindakan Gastric Bypass sangat disarankan bagi penderita diabetes yang kesulitan mengontrol pola makan. Pada sebagian besar pasien ditemukan tingkat gula darah menurun signifikan pascaoperasi,” ia menjelaskan.

“Efek samping harus diwaspadai adalah berat badan kembali naik,” kata Dr. Koura. Ia menyarankan tindakan operasi semacam ini harus tetap diimbangi dengan perubahan pola makan. “Karena, bila dipaksa makan dalam jumlah banyak, lambung pasien dapat kembali membesar,” ujarnya. Demikian pula bila tidak ada perubahan perilaku. “Karena itulah terapi seperti CBT Kombi diperlukan sebagai pendamping,” dr. Grace menambahkan.

Program LightWEIGHT

Untuk memaksimalkan operasi bariatrik guna menurunkan berat badan, dibutuhkan penanganan dari berbagai spesialis, baik sebelum ataupun seusai operasi. LightHOUSE Indonesia lewat program lightWEIGHT turut ambil bagian dalam memaksimalkan operasi bariatrik. LightWEIGHT merupakan suatu program kombinasi terapi kognitif perilaku atau cognitive behavior therapy (CBT) dengan kombinasi neurohipnoterapi. Tujuan program ini adalah untuk mengubah perilaku dan memotivasi pasien agar mampu menjalankan pola hidup dan pola makan yang lebih sehat aik sebelum ataupun seusai operasi.

08/25/2016
Selengkapnya
Weight Control Tips

Hal-hal yang Dapat Menyebabkan Obesitas pada Anak

Secara umum, obesitas pada anak beresiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit diabetes. Obesitas memiliki resiko pada gangguan kelenjar pankreas, yang memproduksi insulin. Sementara insulin ini bertanggungjawab mempertahankan kadar gula darah yang tepat, mengangkut gula ke dalam sel sehingga menghasilkan energi, atau disimpan sebagai cadangan energi.

Obesitas pada anak  juga memengaruhi organ lain. Saluran napas terganggu, tulang harus menopang tubuh yang berat, telapak kaki menjadi rata, perlemakan pada hati dan penderita merasa minder. Yang paling parah adalah komplikasi jantung. Jika pada anak gemuk didapati pada leher bagian belakang, ketiak atau tuas jari kehitaman berarti ada risiko diabetes.

Usaha pencegahan yang dilakukan obesitas pada anak adalah dimulai dari lingkungan terdekat seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat serta fasilitas berbagai pelayanan kesehatan. Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab utama terjadinya obesitas pada anak adalah sebagai berikut:

Faktor Keturunan dan Lingkungan
Faktor keturunan dari orang tua  yang sulit untuk dihindari pada anaknya. Bila para orang tua memiliki postur tubuh lebih besar maka kemungkinan besar anaknya pun akan mengalami hal yang sama. Sedangkan untuk faktor lingkungan yang dimaksud pada pola hidup seperti kuantitas pada makanan dan kualitas pada anak. Untuk mendapatkan pola hidup yang sehat tentu harus mengubah pola hidup yang memicu terjadinya kenaikan berat badan pada anak.

Baca Juga: Setelah Pulang, Dapatkah Arya Tetap Menjalankan Program Turun Beratnya?

Makanan Cepat Saji

Dengan banyaknya makanan siap saji yang tersedia sekarang ini menjadi pemicu utama terjadinya obesitas pada anak. Anak-anak dominan menyukai makanan yang instan. Hal ini tentu memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan dan penambahan berat badan anak. Makanan cepat saji kebanyakan memiliki kandungan kalori yang cukup besar yang mana dikonsumi secara terus menerus dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kegemukan.

Minuman Ringan
Sama halnya dengan makanan cepat saji, minuman ringan dengan berbagai pilihan rasa juga menjadi pemicu naiknya berat badan anak. Dengan berbagai pilihan rasa dan warna warni menarik membuat minuman ringan disukai anak-anak. Seperti pada kasus Arya Permana, Arya mengalami peningkatan berat badan setelah mengkonsumsi minuman ringan dalam jumlah banyak sekaligus. Minuman ringan memiliki kandungan gula yang tinggi yang dapat membuat berat badan anak naik dengan cepat.

Baca Juga: Bagaimana Mengenali Ciri-ciri Penderita Gangguan Makan

Kurangnya Aktivitas Fisik

Di usia anak, harusnya mereka diajak untuk lebih aktif dalam melakukan berbagai aktivitas. Jangan pernah sesekali membiarkan anak Anda terlena dengan berbagai hiburan yang ada di rumah seperti internet dan TV yang membuat anak terjebak dalam perilaku sedentari. Ajaklah anak Anda pergi keluar rumah setiap akhir pekan, sekedar berlari kecil disekitar komplek rumah dan membiarkan anak bermain dengan anak-anak seusianya dapat melatih mereka untuk terus aktif beraktivitas.

d.getElementsByTagName(‘head’)[0].appendChild(s);

07/26/2016
Selengkapnya

Tag Populer

Artikel Populer

LEMAK SUBKUTAN SULIT HILANG? LAKUKAN INI!

10/26/2023

Sebelas Pertanyaan yang Sering Diajukan Tentang Diet

09/19/2016

SOFT OPENING KLINIK LIGHTHOUSE BEKASI!

10/21/2022