Logo

Ditemukan 0 artikel berkaitan

Tummy Talk, Weight Control Tips

Kasus Oon Project Pop Mengajarkan Konsumsi Gula Berlebihan Bisa Berakibat Fatal

Vokalis Project Pop Mochamad Fachroni atau Oon meninggal dunia pada Jumat pagi (13/1/2017) di Bandung. Oon meninggal karena menderita penyakit diabetes yang menyebabkan komplikasi dan merusak fungsi beberapa orang tubuhnya, seperti jantung, ginjal, dan hati.

 

Pria yang meninggalkan seorang istri dan dua anak di usia 44 tahun ini belakangan harus rutin menjalani cuci darah seminggu tiga kali. Pasalnya, fungsi ginjal yang ti‎dak lagi mampu berfungsi secara normal. Menurut pendiri Klinik lightHOUSE dan pakar Fisiologi dr. Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt, gula darah tinggi memang bisa berakibat fatal.

Ia menjelaskan apa yang terjadi pada tubuh manusia jika kebanyakan konsumsi gula dan makanan manis. “Gula memang dibutuhkan tubuh, jantung, paru, otak, dan organ-organ lain. Dan gula harus masuk ke dalam sel. Nah, yang bakal membuka pintu sel itu adalah insulin,” jelas dr. Grace. Ia menambahkan, bila gula di dalam darah terlalu banyak, maka bisa jadi pankreas yang memproduksi insulin itu tidak bisa mengimbangi.

Dokter yang juga konsultan penurunan berat badan ini mengibaratkan pankreas sebagai pabrik insulin. “Bila si pangkreas ini tidak bisa mengimbangi produksi insulin sesuai dengan gula yang ada di peredaran darah, maka akhirnya gula itu tidak bisa masuk ke dalam sel dan hanya mengambang di pembuluh darah,” dr. Grace menjelaskan.

Baca juga: Merdeka dari Buncit yang Picu Penuaan Dini Bersama lightHOUSE

 

Gula dalam Pembuluh Darah

Bentuk gula dalam pembuluh darah itu digambarkan dr. Grace, seperti gula batu yang permukaannya tajam-tajam sehingga bisa menggores-gores pembuluh darah. Goresan-goresan itu membuat pembuluh darah kaku sehingga tekanan darah tinggi dan terjadilah hipertensi.

“Karena tubuh itu sebagian besar berisi pembuluh darah, maka orang yang kadar gula darahnya tinggi cenderung bisa terkena banyak gangguan kesehatan seperti Oon,” kata dr. Grace. Menurut dr. Grace, Oon terkena komplikasi dari atas sampai bawah akibat konsumsi gula berlebihan. Menurut dr. Grace, pada orang dengan gangguan gula darah tinggi pada waktu yang lama maka yang pertama kali terkena bisa saja retina. “Selain hipertensi, retina bisa terkena gangguan sehingga tidak bisa melihat dengan baik. Karena retina sebagian besar terdiri dari pembuluh darah,” ujar dr. Grace.

Kemudian, menurut dr. Grace yang bisa terkena juga pembuluh darah koroner atau pembuluh darah otak. Sehingga bisa terjadi intervensi dengan kerja jantung dan otak yang menyebabkan stroke atau serangan jantung. Atau seperti pada Oon yang kena ke ginjal. “Karena ginjal isinya kumparan pembuluh darah. Bila pembuluh darah itu selalu tergores-gores dengan pembuluh darah tadi sehingga akhirnya ginjal tidak bisa bekerja dengan baik,” kata dr. Grace.

“Selain itu, bila kebanyakan makan gula dan terjadi obesitas, dan perut buncit, bisa membuat tubuh buta terhadap insulin atau resisten terhadap insulin, sehingga tidak bisa memasukkan gula ke dalam darah. Jadi meskipun belum diabetes, bila perut sudah buncit, kadar gula sudah mulai agak tinggi, sebaiknya hati-hati,” dr. Grace mengingatkan.

Itulah mengapa dr. Grace aktif mengkampanyekan “Merdeka dari Buncit” dan memberikan edukasi tentang pola makan yang sehat melalui program-program yang dirancangnya bersama klinik lightHOUSE. Cara mengatasi perut buncit adalah dengan menurunkan berat badan. lightHOUSE Indonesia membantu klien dengan masalah kelebihan lemak dan nafsu makan tak terkontrol untuk mencapai berat ideal serta meningkatkan kontrol diri melalui pendampingan medis dari dokter, ahli gizi dan psikolog dalam program yang komprehensif.

01/13/2017
Selengkapnya
Acara, Inside LIGHThouse

Berkat Pendampingan lightHOUSE, Finalis LWC 2016 Berhasil Turun Hingga Lebih Dari 20 Kg

Dari 10 orang Finalis, tersisa 7 orang yang berhasil melanjutkan program turun berat badan hingga akhir tahun 2016. Siapa yang akan menjadi pemenang dan berhasil turun lebih dari 20 Kg? Nantikan Awarding lightWEIGHT Challenge 2016 pada 15 Januari 2017 di Playground, Lippo Mall Kemang

 

Ada yang ingin turun berat badan karena akan menikah; ada yang berharap hobi traveling-nya jadi lebih praktis dan seru dengan tubuh yang lebih ringan; ada pula yang bertujuan menjalani hidup lebih panjang dengan berat badan yang sehat. Itulah beberapa motivasi dari para Finalis lightWEIGHT Challnge (LWC) 2016 yang mereka utarakan dalam proses seleksi.

Dari sekitar 200 peserta yang mendaftar LWC 2016, panitia menyeleksi sekitar 70 orang dalam proses wawancara. Setelah itu terpilihlah 20 orang Semifinalis yang diundang mengikuti workshop awal untuk diseleksi menjadi 10 orang finalis.

Namun, ternyata tidak semua Finalis bisa mencapai garis finish. Tujuh orang yang tersisa akan berlaga di acara Awarding lightWEIGHT Challenge 2016. Dalam acara tersebut para finalis akan berbagi pengalaman mereka selama menjalani program penurunan berat badan paling komprehensif di bawah pengawasan medis bersama klinik lightHOUSE. Dan tentunya, mereka akan tampil dalam tubuh lebih sehat dengan penurunan berat badan yang dicapai.

Tiga orang yang memperoleh persentase penurunan berat badan paling signifikan akan menjadi pemenang dan mendapatkan hadiah uang tunai jutaan rupiah, layanan gratis selama satu tahun di klinik lightHOUSE Indonesia, dan berbagai hadiah lain.

Selain itu, tiga orang pemenang LWC 2016 juga akan menjadi duta lightHOUSE Indonesia dalam mempromosikan kampanye bahaya obesitas dan pentingnya memilih program penurunan berat badan yang komprehensif di bawah pendampingan para pakar.

lightWEIGHT Challenge merupakan kompetisi penurunan berat badan pertama di Indonesia yang menggunakan program komprehensif dengan pendampingan dokter gizi, dokter olahraga, perawat, ahli gizi, dan psikolog selama 12 minggu. Tahun ini merupakan kali ketiga klinik lightHOUSE Indonesia mengadakan kompetisi penurunan berat badan.

Berikut adalah nama-nama 10 orang Finalis lightWEIGHT Challenge 2015:

  1. Widhyasmaramurti, 37th, Dosen
  2. Rika Juni Jayanti, 28th, Ibu Rumah Tangga
  3. Mellysa Gilbeth, 23th, Fresh Grad
  4. Medina Sumendap, 37th, PR Consultant
  5. Junita Simamora, 25th, Store Manager
  6. Affansyah Wirandra, 24th, Karyawan Swasta
  7. Febrina Elissa, 24th, Karyawan NGO

Siapa yang akan menjadi pemenang LWC 2016? Semoga yang terpilih bisa mengikuti jejak Ricky Darmawan dan Mega Edyawati, dua pemenang sebelumnya yang berhasil mengubah hidup mereka setelah mengikuti kompetisi penurunan berat badan ini.

Play the game: fight fat, slim right!

01/10/2017
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

Berat Badan Stabil Setelah Diet, Apa Rahasianya?

Mempertahankan berat badan setelah diet kerap dianggap lebih sulit daripada menurunkannya. Melenceng sedikit saja dari aturan, berat badan lambat laun kembali naik.

 

Larasaty Aprilia (27 tahun) mengaku pernah mengalami berat badan yoyo semacam itu, berat badannya fluktuatif. Namun, setelah mengikuti kompetisi penurunan berat badan Light Weight Challenge (LWC), pegawai perusahaan distributor ini berhasil menurunkan berat badan sebanyak 18 kilogram dalam tiga bulan.

Menurut Larasaty, kontrol diri adalah kunci penting dalam mempertahankan berat badan. Pendapat itu dikuatkan oleh konsultan penurunan berat badan dan pendiri klinik Lighthouse, dr. Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt. “Ketidakmampuan seseorang mengontrol diri menjadi faktor utama penyebab berat badan naik dan tidak stabil,” kata dr. Grace.

Faktor lain penyebab seseorang sulit menjaga berat badan, lanjut Grace, adalah lingkungan. Sering mengikuti ajakan teman untuk makan bersama, misalnya, bisa menggagalkan program diet yang sudah susah payah dilakoni. “Kita harus tegas dengan komitmen yang sudah dibuat. Jangan sampai mudah menyerah,” ucap dr. Grace.

Meski demikian, mengikuti ajakan makan-makan bersama kawan sah-sah saja dilakukan, asal tetap jeli memilah jenis makanan yang tepat. Ahli gizi klinik lightHOUSE akan siap sedia memberi panduan jenis makanan yang baik untuk menjaga berat badan, seperti:

  1. Batasi olahan gula, minyak, dan tepung.
  2. Pilih lauk rendah lemak seperti daging tanpa lemak, dada ayam tanpa kulit, ikan, dan putih telur.
  3. Pilih pengolahan makanan dengan dibakar, ditumis, dikukus, atau direbus.
  4. Perhatikan selalu jumlah makanan yang dikonsumsi.
  5. Perlu mengetahui kebutuhan kalori dalam sehari dan jumlah kalori yang sudah dikonsumsi.

 

Baca juga: Relaksasi Untuk Kuatkan Kontrol Diri Menghadapi Godaan Makanan 

 

Kontrol diri
Seperti kata Larasaty dan penguatan dr. Grace, kontrol diri untuk menjaga berat badan memang jadi kunci utama. Namun, hal ini memang tak mudah dilakukan oleh sebagian orang. Psikolog klinik penurunan berat badan Lightouse, Tara Adisti de Thouars mengungkapkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kontrol diri. Hanya makan dalam keadaan lapar, salah satunya.

Dia pun mengingatkan, jangan mengonsumsi makanan ketika tidak lapar. Makan sebaiknya bertujuan memuaskan perut, bukan lidah. “Bila tetap makan padahal sedang kenyang, tandanya Anda lebih menuruti nafsu ketimbang pikiran rasional,” kata Tara. Selain itu, kualitas makan perlu lebih diutamakan daripada kuantitas.

Tara menyarankan makan dilakukan perlahan dan porsi yang dinikmati pun wajar. “Caranya, kunyah (makanan) secara perlahan dan cermati rasa yang ada di mulut. Jika tujuan kita adalah menikmati makanan, kecenderungan untuk menambah porsi makan akan lebih rendah,” ucap Tara. Ia menambahkan, kebiasaan menggabungkan makan dengan aktivitas lain–seperti membaca atau menonton televisi–sebaiknya tidak dilakukan. Seseorang tak akan fokus makan dan menikmati makanannya ketika dilakukan bersamaan dengan kegiatan lain.

Larasaty juga memberikan poin penting lain yang bisa diingat untuk sukses mempertahankan berat badan. “Ingat kembali perjuangan ketika mulai menurunkan berat badan!” sebut dia. Selamat menjaga berat badan ideal! Dengan pendampingan para pakar, kontrol berat badan akan lebih mudah lho…

01/02/2017
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

Apa Diet yang Cocok Menurut DNA Anda?

Diet tak bisa dilakukan sembarangan kalau ingin sukses menurunkan berat badan. Manusia punya karakter tubuh berbeda sehingga satu jenis program diet saja belum tentu sama ampuhnya bagi setiap orang.

Pengalaman tersebut dibuktikan pendiri bisnis kuliner Baba Rafi Enterprise, Hendy Setiono (33 tahun). Selama 10 tahun, berat badan Hendy terus naik, sampai pada akhir 2015 bobotnya mencapai 103 kilogram. “Awalnya saya makan tanpa kontrol, apa saja yang saya suka, saya makan. Sudah coba beberapa program diet tapi enggak sukses,” kata Hendy.

Masalahnya, seseorang bisa lebih mudah gemuk akibat faktor genetik. Setiap manusia memiliki deoxyribonucleic acid (DNA) unik yang turut memengaruhi cara tubuh mengolah makanan. Karena itu, tes DNA dapat menjadi salah satu cara untuk mengetahui dengan pasti potensi bentuk tubuh seseorang.

Baca juga: Kenali Gen Penyebab Kegemukan dengan Tes DNA

 

Menurut spesialis penurunan berat badan dari klinik Lighthouse, Grace Judio, pengecekan DNA sangat penting untuk mengetahui pola diet dan tingkat keberhasilannya sesuai karakter tubuh. “Tes DNA berfungsi mengecek adakah mutasi gen dalam tubuh seseorang yang membuatnya cepat gemuk atau sulit langsing,” ucap dr. Grace. Lewat uji DNA, lanjut dr. Grace, bisa diketahui apakah seseorang lebih cocok melakukan diet rendah karbohidrat, lemak, atau kalori. Selain itu, akan terlacak juga respons tubuh terhadap makanan, pola penyerapan dan penyimpanan lemak, serta tendensi kenaikan berat badan.

Karena sempat mencoba berbagai diet tetapi gagal menurunkan berat badan, Hendy akhirnya memutuskan melakukan tes DNA. Dia ingin mencari program diet yang sesuai karakter tubuh dan kebiasaan. Harapannya, tentu saja, berat badannya turun. “Lewat tes DNA saya jadi tahu karakter tubuh saya, tahu kenapa berat badan naik. Saya ternyata gampang gemuk kalau makan makanan berlemak dan berminyak,” kata Hendy yang mencoba tes DNA di klinik penurunan berat badan Lighthouse.

Setelah diketahui penyebab kegemukannya, Hendy diberi serangkaian program diet berdasarkan hasil tes DNA tersebut. Hasilnya, dia bisa menurunkan 18 kilogram berat badan dalam waktu tiga bulan. Beberapa bulan kemudian, berat badannya turun lagi 5 kilogram. “Dulu ukuran baju saya XXL, sekarang jadi L atau M,” ujar Hendy sumringah.

Selama tiga bulan menjalani program diet, Hendy menghindari sama sekali konsumsi gula, minyak, dan tepung. Kecap dan saus tomat pun sebisa mungkin ia hindari. “Dulu biasanya saya minum teh manis setiap pagi. Sekarang jadi minum teh tawar,” ucap Hendy yang mengaku sampai sekarang terus menjaga pola makan agar berat badannya tetap stabil. Selain menjaga makanan, Hendy juga melakukan olahraga lari menggunakan treadmill selama 15 menit setiap hari. Dia rutin berenang pula, setidaknya sekali dalam dua hari.

Menjaga motivasi

Pengalaman serupa dialami pula oleh Larasaty Aprilia (27 tahun). Menggunakan langkah yang sama, dia bisa menurunkan 18 kilogram berat badan dalam tiga bulan. Berdasarkan hasil tes DNA di Klinik Lighthouse, Larasaty boleh mengonsumsi nasi asal porsinya sesuai. Namun, ia harus menghindari konsumsi lemak sama sekali. Ketika ingin makan ayam bakar, misalnya, Larasaty tidak boleh mengoleskan mentega pada ayam. “Nasi goreng sih boleh. Kalau steak sapi sausnya harus dipisah supaya bisa dikontrol konsumsi sausnya,” kata Larasaty.

Pada awal program diet, ia mengaku sempat kesulitan mencari makanan sehat. Kebiasaan Larasaty makan di “warteg” mau tak mau harus dihentikan juga. “Saya termasuk overweight (sebelum diet), masuk obesitas tingkat dua. Sebelum diet, berat badan saya 82 kilogram,” ungkap Larasaty.

Larasaty mengaku sudah gemuk sejak kecil. Berat badannya kian menanjak ketika dia duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Selulus SMA, kuliah, kemudian bekerja, lingkar pinggangnya tak kunjung mengecil. Padahal, segala macam cara pernah dia lakoni demi menurunkan berat badan. “Saya mencoba menurunkan berat badan dengan puasa, tidak makan nasi, dan mengonsumsi sejumlah produk diet. Namun, berat badan saya justru tambah naik. Saya juga merasa tersiksa akibat menahan lapar,” tutur Larasaty.

Baca juga: Kunci Utama dalam Berdiet Yaitu Membadakan Lapar dan Kenyang

 

Turun berat badan, tantangan Hendy dan Larasaty tak lalu selesai begitu saja. Sebuah program diet bisa berhasil dilakukan salah satunya karena prosesnya dibuat lebih menyenangkan, atau setidaknya tak membuat pelakunya tersiksa. Meski demikian, motivasi pelaku diet tetap harus jadi kunci utama. Motivasi ini harus dipupuk kuat-kuat agar tidak menyerah di tengah jalan.

Karena itu, Larasaty dan Hendy tetap ditemani berbagai ahli ketika menjalani program agar motivasinya terjaga sekaligus terawasi. Mereka bertemu dengan ahli gizi, dokter spesialis olahraga, dan psikolog, sepekan sekali. “Mereka (para ahli) monitoring pola makan, menjelaskan tentang eating disorder, (saya) diajari cara dan jam makan yang benar,” kata Larasaty.

Sementara itu, bagi Hendy, bertemu dengan ahli gizi dan psikolog bisa memberikan dorongan untuk terus menjalankan program diet. “Mereka itu seperti motivator pribadi bagi saya. Saya menjalaninya jadi enjoy, tanpa stres,” tutur Hendy.

Berminat mengikuti jejak Hendy dan Larasaty? Konsultasi kepada ahlinya di klinik lightHOUSE Indonesia.

12/27/2016
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

“Mindful Eating”, Rahasia Diet Sukses Tanpa Harus Kelaparan

Orang yang terbiasa makan sambil melakukan hal lain, seperti menonton televisi atau bekerja di depan komputer akan sulit menurunkan berat badan. Sebaliknya, kebiasaan ini justru menyebabkan berat terus bertambah. Kenapa?

Makan sambil menonton, bekerja, atau melakukan hal lain membuat otak tidak fokus pada makanan sehingga tak mampu mendeteksi rasa kenyang tepat waktu. Walaupun perut sudah penuh dan jumlah makanan melebihi kebutuhan, rasa kenyang tak kunjung datang. Otak terlalu sibuk dengan kegiatan lain sehingga terlambat bahkan tidak mampu memberi stimulus berupa perasaan kenyang. Tanpa sadar, camilan pun jadi tambahan santapan dengan alasan “masih lapar”.

Penelitian yang dilakukan Universitas Liverpool, Inggris, dikutip situs Daily Mail, mendukung pernyataan tersebut. Kebiasaan makan sambil melakukan hal lain bisa meningkatkan jumlah makanan yang dikonsumsi. Menurut penelitian itu, orang yang tidak fokus terhadap makanan cenderung makan 10 persen lebih banyak dari biasanya. Jumlah ini akan bertambah 25 persen lagi pada waktu makan berikutnya.

Hati-hati, menurut psikolog dari klinik penurunan berat badan Lighthouse, Naomi Ernawati Lestari, kebiasaan tersebut bisa menyebabkan obesitas. Kalau sudah begitu diet biasa saja belum tentu ampuh menurunkan berat badan. “Masalahnya bukan di makanan atau tubuh, masalahnya ada di pikiran,” kata Naomi.

Baca juga: Relaksasi Sebagai Salah Satu Cara Meningkatkan Kontrol Diri

 

“Mindful eating”

Diet bisa gagal total jika kontrol diri terhadap makanan tak ditingkatkan. Pelaku diet wajib memahami dan mampu memilah mana makanan yang dibutuhkan dan tidak diperlukan tubuh. Meski demikian, menghilangkan kebiasaan “lapar mata” membutuhkan semangat juang tinggi. Pengalaman tersebut pernah dialami seorang karyawati swasta asal Bandung, Elly Sutedja (42). “Saya sudah terbiasa makan dengan pola yang berantakan. Apa yang terasa enak di mulut atau terlihat menarik di mata, pasti saya lahap,” ucap Elly yang berhasil menurunkan berat badan dari 83,4 kilogram menjadi 69,8 kilogram dalam tiga bulan.

Testimoni: Turun 14 Kg dalam 3 Bulan Berkat Mindful Eating

Karena itu, pola pikir sebaiknya diperbaiki terlebih dulu agar kebiasaan makan menjadi lebih sehat. Salah satu teknik yang bisa dicoba adalah mindful eating atau makan dengan kesadaran penuh. Mindful eating mengajarkan untuk menikmati pengalaman makan secara perlahan dan menyeluruh. Televisi, gadget, dan sesuatu yang bisa membuat perhatian teralihkan wajib dihindari. “Mindful eating membantu Anda mendengar apa yang tubuh ingin katakan mengenai rasa lapar dan rasa puas,” ujar Naomi.

Teknik sama dilakukan pula oleh Elly selama melakukan diet. Selain berolahraga dan menjalani program penurunan berat badan lain, dia juga mengatur pola makan dengan menguatkan kontrol diri. “Rasanya cukup berat, terutama pada tahap awal. Ada saat-saat saya merasa susah sekali menahan godaan,” kata Elly. Walau sulit, dia mantap menjalani program diet. Elly tak mau lagi dikomentari tentang badannya yang “melar”. Lama kelamaan, ia mulai bisa makan secara perlahan dan tanpa gangguan.

Dalam mindful eating, pikiran harus difokuskan pada tekstur, rasa, dan aroma makanan yang disajikan. Selain itu, makanan pun wajib dikunyah tanpa terburu-buru sebelum ditelan. Perlu diketahui, otak membutuhkan waktu kira-kira 20 menit untuk mendeteksi bahwa perut sudah kenyang. Jika terbiasa menghabiskan santapan dalam waktu kurang dari ini, besar kemungkinan Anda ingin menyendok nasi lagi.

klinik lightHOUSE perut buncit

 

Kunyah Perlahan

Mengunyah secara perlahan pun mampu memperlancar proses pencernaan makanan. Air liur mengandung enzim pencernaan yang bisa memecah makanan menjadi bagian kecil agar lebih mudah diproses dan diserap tubuh. Enzim lingual lipase, misalnya, mampu membantu memecah lemak. Dengan sendirinya, mengunyah perlahan memberikan waktu cukup bagi otak untuk mendeteksi rasa kenyang. Tanpa perlu bersusah payah menahan lapar, tubuh terlebih dulu merasa kenyang dan porsi makan pun jadi teratur.

Resep: Dua Minuman untuk Redam Adiksi Makanan Manis

Terbukti, Elly berhasil menurunkan berat hingga 13,6 kilogram hanya dalam tiga bulan. Ia tekun menjalankan mindful eating juga mengurangi dan mengatur pola makan. Ia tidak mengkonsumsi gula, tepung, dan minyak. Bahan makanan pun dipilih yang menyehatkan. Elly lebih mendahulukan protein sebelum karbohidrat saat makan. Ia menjalankan semua anjuran dari klinik penurunan berat badan Lighthouse tempat ia berkonsultasi selama diet.

Nah, jika ingin mengikuti jejak Elly, ada baiknya Anda juga berkonsultasi kepada ahli sebelum melakukan diet. Program penurunan berat badan memang lebih aman dilakukan di bawah pengawasan medis. Ingat, tidak semua orang cocok melakukan satu jenis program diet.

 

12/22/2016
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

“Ngebet” Ingin Langsing dengan Obat dan Suntikan, Yakin Aman?

Tubuh langsing kerap jadi idaman banyak orang, terutama kaum hawa. Namun, sebagian mereka lebih memilih mengonsumsi obat atau melakukan suntik pelangsing demi mencapai bentuk tubuh ideal tanpa perlu bersusah payah. Amankah?

 

Jika obat atau suntikan dilakukan di bawah pengawasan medis mungkin masih terbilang aman. Nyatanya, ada saja orang yang sembarang membeli obat pelangsing tanpa tahu dosis atau bahan-bahan kandungannya. Beberapa obat pelangsing, misalnya, membuat orang yang mengonsumsinya sering buang air besar. Memang, dalam satu minggu berat badan bisa turun satu sampai dua kilogram. Tapi hati-hati, kemungkinan bukan lemak yang dikeluarkan melainkan hanya kotoran dalam usus. Setiap hari, manusia menumpuk satu sampai dua kilogram kotoran dalam usus.

Jadi, jangan bergirang hati dulu jika berat badan turun. Bisa saja obat pelangsing tersebut hanya “membersihkan” kotoran, bukan meluruhkan lemak tubuh. “Bisa jadi obat pelangsing itu adalah obat pencahar, bukan pelangsing. Obat pencahar seperti berbagai jamu atau teh pelangsing hanya merangsang kontraksi usus besar sehingga buang air besar menjadi lebih lancar,” kata spesialis penurunan berat badan, dr. Grace Judio, MSc.

Menurut pendiri klinik lightHOUSE Indonesia ini, obat pelangsing macam itu bisa membahayakan kesehatan jika terus dikonsumsi. Pengalaman tersebut pernah dialami oleh salah satu pasien Grace. Sebelum memutuskan berkonsultasi dengan dokter, pasiennya membeli sembarang pil pelangsing tanpa resep. “Dia bercerita pernah meminum obat pelangsing yang menyebabkan sering buang air besar. Memang berat turun satu kilogram pada minggu pertama. Tapi setelah meminum pil selama satu bulan perutnya sering perih,” tutur dr. Grace.

Padahal, menurut dr. Grace, obat pelangsing seharusnya bertugas memusnahkan cadangan lemak, bukan hanya kotoran dalam perut. Dia juga menambahkan lokasi tumpukan lemak di sekitar perut tidak sama dengan letak kotoran dalam usus. “Lemak yang sudah ‘ditabung’ di perut tidak bisa lagi dikeluarkan lewat usus,” tutur Grace.

Baca juga: Tips dari Pakar Agar Perut Sehat dan Pencernaan Lancar

Pastikan peresepan obat diet Anda aman.
Pastikan peresepan obat diet Anda aman.

 

Waspada Pilih Obat

Obat pelangsing yang asli sebenarnya hanya membantu proses penurunan berat badan. Beberapa jenis obat, contohnya, berfungsi menekan nafsu makan sehingga porsi makanan yang masuk ke tubuh berkurang. Namun dalam dosis terlalu tinggi, menurut dr. Grace, pemakaian obat tersebut bisa menaikkan tekanan darah, membuat jantung berdebar tak teratur, pusing, sampai susah tidur.

Ada pula jenis obat pelangsing yang mampu meningkatkan pembakaran energi dalam tubuh. Kebanyakan obat ini mengandung kafein yang biasanya terdapat pada teh hijau, tanaman gatu kola, atau buah guarana. Pemakaian obat tersebut dalam dosis tinggi memiliki efek sama, seperti jantung berdebar dan peningkatan tekanan darah. Jika dosis yang diminum pas, efek sampingnya hanya sebatas mulut kering atau susah buang air besar.

Jenis obat pelangsing terakhir biasanya membantu menurunkan berat tubuh dengan cara mencegah penyerapan lemak dan karbohidrat. Hati-hati, dosis terlalu tinggi pada obat ini bisa menyebabkan diare dan buang angin terus menerus.

Penjelasan di atas jelas memperlihatkan bahwa penggunaan obat dalam dosis tepat merupakan kunci keberhasilan diet. Namun perlu ditekankan, obat pelangsing hanya alat pembantu proses penurunan berat badan. Mengubah pola makan dan olahraga harus tetap masuk agenda.

Baca juga: Resep-resep Sehat untuk Diet Sehat dan Program Turun Berat Anda

 

Bagaimana dengan Suntik Pelangsing Perut?

Tanpa pengawasan medis, suntik bisa berbahaya bagi tubuh. Pemberian injeksi ke dalam tubuh sangat mungkin menyebabkan infeksi jika alat suntik tidak steril. Dosis salah juga berbahaya, bisa mengganggu organ vital tempat menetralisasi efek obat, seperti ginjal dan hati. Tak hanya itu, menyuntikkan obat langsung ke pembuluh darah lebih mudah menimbulkan efek samping alergi. Tapi jangan khawatir, efek suntik pelangsing sebenarnya bisa dikendalikan jika dilakukan di bawah pengawasan medis.

Suntikan memang biasa jadi terapi penunjang—bukan paling utama—di banyak klinik penurunan berat badan. Jenis suntikan beragam pula.

Klinik penurunan berat badan Lighthouse menempatkan suntik dan obat sebagai terapi penunjang. Perlu ditekankan, terapi penunjang yang ada di Klinik LightHOUSE sudah tersupervisi medis dan terjamin keamanannnya. Terapi yang dilakukan bertujuan meningkatkan metabolisme tubuh sekaligus membakar lemak.

Menurut para pakar kami, mengubah pola hidup sehat dengan mengatur asupan makanan dan berolahraga adalah kunci utama menurunkan berat badan. Kontrol diri untuk konsisten meski berat sudah ideal juga penting menjaga tubuh tetap “singset”. “Dari penelitian kami dua tahun lalu, kontrol diri dan pemahaman pasien yang ikut program (penurunan berat badan di bawah pengawasan medis) memang lebih baik dan beratnya turun 3,5 kali lebih banyak dibandingkan hanya konsultasi dan suntik,” kata dr. Grace.

 

*Artikel ini juga dimuat di situs Kompas Health

12/13/2016
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

Yakin Menghindari Nasi, Garam, dan Air Es Ampuh Turunkan Berat Badan?

Banyak orang yang bermasalah dengan kelebihan berat badan melakukan program diet demi penampilan dan kesehatan. Namun sebagian besar masih salah kaprah ketika menerapkan tips diet karena ingin hasil instan.

 

Sebagian orang, misalnya, menghindari sama sekali konsumsi nasi putih atau garam. Air es dianggap pula membuat perut buncit sehingga kerap dihindari pelaku diet. Benarkah?

Diet dengan menghindari nasi putih secara total dan tiba-tiba sangat sulit dilakoni orang Indonesia. Pemikiran “tidak makan nasi berarti belum merasa kenyang” sering kali masih terpatri sehingga menimbulkan kondisi “kelaparan”. Nafsu makan terhadap makanan tinggi karbohidrat lain malah menjadi-jadi.

“Tidak makan nasi (putih) tapi makan mi, bihun, kwetiau, roti, kue-kue manis, ya sama saja bohong. Makanan berbahan dasar tepung merupakan jenis makanan berkarbohidrat sederhana yang cepat berubah jadi energi dan jika tidak terpakai akan disimpan sebagai lemak,” ucap pakar lightHOUSE.

Padahal, dibanding jenis makanan di atas, nasi putih masih lebih baik karena termasuk karbohidrat kompleks yang tidak mudah diserap tubuh. Nasi kaya vitamin B pula. Perlu diingat, kekurangan vitamin B bisa menyebabkan penyakit beri-beri. Daripada menghindari nasi putih sama sekali, lebih baik atur porsinya. Kalaupun ingin mencoba jenis karbohidrat lain, lebih baik ganti nasi putih dengan nasi merah atau gandum utuh. Lagi-lagi, porsinya mesti diatur.

Baca juga: Tips Diet, Mengganti Nasi dengan Roti Itu Sia-sia

Selain soal nasi putih, pola pikir salah lain tentang diet mengatakan air dingin bisa membuat perut buncit. Di sisi lain, banyak meminum air putih dengan temperatur normal dipercaya melangsingkan tubuh. Yakin? Menurut spesialis penurunan berat badan, dr. Grace Judio, MSc., banyak mengonsumsi air putih bukan jaminan berat badan bisa turun. Pemikiran tersebut mungkin muncul karena air putih mengenyangkan dan memiliki kalori nol. “Kalau sudah kenyang dengan air putih, orang memang jadi tidak banyak makan,” tutur pendiri KLinik lightHOUSE ini.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa tubuh tetap memerlukan nutrisi dari makanan. Air putih saja tidak cukup bagi tubuh menjalankan fungsinya dengan baik. Bukannya diet, bisa-bisa tubuh malah terserang penyakit.

 

40603465 - drink water
Benarkah air putih dingin bisa merusak diet sehat Anda?

 

Mitos Air Dingin

Tak berpengaruh! Air putih hangat atau dingin sama-sama berkalori nol, tak akan membuat perut buncit. Justru, mengkonsumsi air es memaksa tubuh bekerja lebih keras. Air es yang masuk ke tubuh akan dihangatkan menjadi sekitar 30 detajat celsius, sama seperti temperatur normal tubuh. “Saat air memiliki suhu, misalnya, nol derajat, tubuh berusaha membuatnya jadi panas. Artinya, tubuh perlu kerja keras memanaskan. (Proses ini) membakar kalori. Tapi bukan berarti akan langsung membuat (tubuh) kurus. Setidaknya tubuh bekerja sedikit ekstra,” jelas dr. Grace.

Ikuti Testimoni: “Turun Berat 18 Kg Tanpa Pantang Garam dan Cukup Minum Air Putih”

Rambu-rambu menurunkan berat badan, menurutnya, harus tetap mengedepankan pola makan sehat dan seimbang. Diet yang dilakukan dengan menghindari sama sekali jenis makanan tertentu kemungkinan berakibat negatif terhadap tubuh. Kalaupun diet macam itu berhasil menurunkan berat badan dalam hitungan hari, biasanya tubuh kembali ke bentuk semula dalam waktu singkat. Sangat mungkin timbangan malah meroket lebih tinggi.

Diet mayo” yang sempat populer di Tanah Air, misalnya. Diet ini dikatakan punya hasil signifikan dalam 13 hari. Aturannya, beberapa jenis makanan dilarang dikonsumsi, salah satunya garam. Perlu diingat, fungsi garam adalah mengikat air agar dapat disimpan dalam tubuh. Tanpa garam, air akan dikeluarkan sehingga berat badan pelaku diet mayo terlihat cepat turun. “Tapi ingat, dalam penurunan berat badan yang ingin dihilangkan adalah lemak tubuh, bukan air dalam tubuh,” dr. Grace menjelaskan.

Tapi ingat, dalam penurunan berat badan yang ingin dihilangkan adalah lemak tubuh, bukan air dalam tubuh.

Beberapa situs di internet bahkan menyebutkan diet tersebut cukup dilakukan satu tahun sekali. Ia mengatakan diet mayo yang berkembang di Indonesia ini sudah melenceng dari ajaran negara asalnya di AS. Umumnya, diet mayo di Indonesia mengatur makanan dengan jumlah kalori 500 sampai 800 kalori per hari. Padahal, rata-rata kebutuhan kalori orang adalah 1.500 sampai 1.800 kalori setiap hari. Memang, diet mayo dari AS pun sama-sama mengurangi asupan kalori. Tapi jumlahnya tidak drastis dan keseimbangan gizi pun dijaga.

“Diet rendah kalori yang ekstrem biasanya sulit diterapkan dalam jangka panjang. Jika diet ini sudah tidak dilakukan lagi, bukan tidak mungkin berat badan kembali naik. Bisa saja ke angka yang lebih besar dari sebelumnya,” tuturnya. Karena itu sebaiknya kita berhati-hati sebelum melakukan program diet. Tiap orang, ujar Grace, memiliki karakter tubuh, gaya hidup, dan kepribadian berbeda. Program diet yang dibutuhkan mungkin berbeda pula. Sebelum melakukan diet, konsultasi kepada para ahli penurunan berat badan sebaiknya didahulukan.

Kami adalah Weight Control Center yang memiliki program-program diet lengkap dalam membantu meningkatkan kontrol diri terhadap makanan dan menerapkan pola hidup sehat di bawah pengawasan medis. Buat janji Anda sekarang untuk mendapatkan konsultasi gratis.

12/13/2016
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

Berat Badan Turun 20 kg Dalam 3 Bulan, Kok Bisa?

 

Dulu asumsi saya makan apapun yang saya inginkan adalah cara mencintai diri sendiri. Ternyata itu adalah kesalahan besar. Kebiasaan itu membuat saya makan tanpa kontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan. Saya kemudian memulai cara diet sehat dan berhasil.

Itulah sepenggal pengalaman Mega Edyawati (20) saat bergelut dengan masalah berat badan berlebih. Akhirnya, Mega berhasil menurunkan berat badan hingga 24 kilogram dalam waktu 12 minggu saja. Apa rahasianya? Sejak kecil berat badan Mega memang di atas rata-rata anak seusianya. Dia bahkan sering jadi bahan ledekan teman sebaya karena dianggap gemuk.

Sebenarnya, Mega sendiri tak menganggap gemuk sebagai hal negatif. Tapi, menurutnya, mengapa harus bertubuh gemuk jika dia bisa memiliki tubuh ideal. “Bukan hanya untuk penampilan, karena yang utama adalah untuk kesehatan. Ada pepatah mengatakan ‘hidup cuma sekali dan nikmatilah’,” ucap mahasiswa jurusan marketing komunikasi ini.

Bak terlahir jadi manusia baru, Mega berpikir untuk menikmati hidup dengan berbeda. Ia tak lagi menganggap kebahagiaan harus berasal dari pemenuhan nafsu makan. “Saya memutuskan untuk menikmati hidup dengan berusaha menjadi lebih sehat,” kata Mega. Meski demikian, hidup sehat ternyata tidak mudah. Awalnya, Mega melakukan diet bedasarkan tips diet dari internet. Beratnya memang sempat turun untuk kemudian kembali naik dalam kurun waktu sebentar. Ia mengakui saat itu belum memiliki cukup kontrol diri.

Baca juga: Relaksasi: Kunci Kontrol Diri Menghadapi Godaan Makanan

Hal tersebut diakui spesialis penurunan berat badan, dr. Grace Judio. Ia mengamati orang dengan kelebihan berat badan cenderung bermasalah dengan pola pikir mereka. “Kurang termotivasi dan orangnya bandel-bandel. Padahal mereka tahu rambu-rambunya agar berat badan turun,” kata dr. Grace yang juga merupakan pendiri Klinik lightHOUSE Indonesia ini.

 

LWC 2015
Dari Doyan Jadi Jaga Makan

Bukan hanya Mega, karyawan swasta Irvan Prasetyo (35) juga pernah bermasalah dengan berat badan. Sebelum mengikuti program diet, berat Irvan mencapai 108 kilogram. Kini, beratnya susut menjadi 82 kilogram saja setelah menjalani cara menurunkan berat badan dengan diet sehat.

Padahal, Irvan termasuk “doyan” makan. Awal mengikuti program dia mengaku tak begitu yakin mampu bertahan dari godaan makanan. “Mau menu berat atau camilan pokoknya pemakan segala deh,” ucapnya. Namun motivasi Irvan lebih tinggi ketimbang nafsu makannya. Ia ingin memiliki tubuh bugar hingga anak-anaknya menikah. Ia pun berharap bisa menimang cucu dalam keadaan sehat.

Lagi-lagi, prosesnya tak gampang. Suka duka ia jalani selama melakukan program penurunan berat badan. “Dari mulai susah cari makanan sehat di Jakarta, diremehkan orang, ingin cheating kastangel favorit, sampai tengah malam mendadak craving nasi uduk Kebon Kacang,” tutur Irvan. Menurutnya, faktor penentu keberhasilan program diet adalah kontrol diri terhadap makanan dan pola hidup sehat. Hal ini tentu lahir karena motivasi tinggi.

“Saat awal (program diet) kontrol diri masih jelek enggak apa-apa, yang penting motivasi,” ucap dr. Grace. Ia menambahkan, pasien harus tahu apa yang dilakukan, harus mau meningkatkan kontrol diri, dan di-update pengetahuannya. Jika syarat tersebut tak terpenuhi, kemungkinan orang malah tergantung pada produk-produk pelangsing perut. Padahal, menurut dr. Grace, obat-obatan bukan segalanya dalam keberhasilan program diet.

 

LWC 2016
Mau Berubah dan Konsisten

Tak mampu konsisten menjalani program diet sendiri, Mega dan Irvan mengikuti kompetisi penurunan berat badan yang dilakukan di bawah pengawasan medis dalam jangka waktu tiga bulan.

Selama melakukan program diet, Mega membuat bekal makanan sendiri ke kampus. Ia mengatur pola makan dan rutin berolahraga di bawah pengawasan dokter, ahli gizi, dan tim medis yang disediakan panitia. Mega diajarkan pula agar bijak “mendengarkan” kemauan tubuh. Menghargai tubuh dilakukan bukan lewat makanan saja. “Saya bukan hanya diajarkan tentang penurunan berat badan, tapi juga tentang kontrol diri,” kata Mega.

Sayuran dan makanan yang tadinya aku enggak suka sekarang justru aku suka banget. Sebaliknya, (makanan) yang dulu aku suka malah enek lihatnya.

 

Baca juga: Tips Diet: Salah Cara Mengolah, Konsumsi Sayur Malah Bikin Gemuk

Perubahan pola pikir juga dialami Irvan. Kebiasaan dan tingkah laku turut berubah. Ia rajin menyiapkan bekal setiap hari dan berolahraga kardio tiga kali seminggu di sela-sela waktu kerja. Junk food pun tak lagi dikonsumsi. “Sayuran dan makanan yang tadinya aku enggak suka sekarang justru aku suka banget. Sebaliknya, (makanan) yang dulu aku suka malah enek lihatnya,” tutur Irvan. Kebiasaan baru lain Irvan adalah jeli membaca label kemasan makanan untuk kebutuhan sehari-hari saat belanja. Makanan dan minuman kaleng pun keluar dari daftar belanjaan.

Memang, menurunkan berat badan, menurut dr. Grace, bukan bicara soal gizi saja, tapi juga jumlah kalori. Mengetahui jumlah kalori yang masuk ke tubuh sangat penting. Makanan olahan gula, tepung, dan minyak seperti mie, kue, kerupuk, atau roti harus dihindari pula. “Boleh melanggar tapi hanya untuk ’emergency’ atau hari spesial, misalnya hari raya atau ulang tahun. Kalau dia sudah bisa mengatur kalori per hari, enggak ada acara khusus juga boleh melanggar,” ucap dr. Grace.
Pendampingan Pakar Itu Penting

Penurunan berat badan, menurutnya, melibatkan pula psikologi orang tersebut. Banyak orang menderita eating disorder sehingga sulit memulai kebiasaan makan yang baik. “Nah, kalau hanya diet tapi eating disorder yang jadi akar permasalahan seperti lapar mata tidak disembuhkan, percuma. Dengan obat saja tidak selesai,” tutur dr. Grace.

Ketekunan Mega dan Irvan menjalani program penurunan berat badan di bawah pengawasan ahli medis klinik Lighthouse pun berbuah manis. Tak hanya mencapai berat ideal, mereka pun berhasil menjadi pemenang kompetisi “lightWEIGHT Challenge” 2016. Dalam kompetisi tersebut, peserta dengan masalah berat badan akan mengikuti program penurunan berat badan di klinik lightHOUSE selama tiga bulan. Mereka akan ditemani dokter, psikolog, perawat, ahli gizi, dan dokter spesialis olahraga saat menjalani program diet.

Nah, tertarik hidup sehat sekaligus jadi juara Lightweight Challenge selanjutnya? Nantikan LWC 2017 ya…

 

12/09/2016
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

Pakar lightHOUSE: Waspada Makin Maraknya Adiksi Karbohidrat di Indonesia

Bosan, kedinginan, kepanasan, senang, sedih, hal-hal tersebut sering dilampiaskan dengan makan oleh sebagian besar orang Indonesia. Padahal, setiap “masalah” ada “obat”-nya masing-masing. Fenomena ini mengarah pada indikasi adiksi makanan yang dapat merusak diet sehat Anda.

 

 

Adiksi makanan biasanya terjadi untuk jenis-jenis makanan bersifat adiktif, misalnya gula, gula buatan, garam, lemak, tepung, gandum dan kafein. Ketergantungan yang kerap terjadi di Indonesia yaitu terhadap makanan yang mengandung karbohidrat olahan.

Mengapa adiksi karbohidrat? Pakar bariatrik dan pendiri klinik lightHOUSE dr. Grace Judio-Kahl, Msc, mengatakan ini terjadi karena pola makan masyarakat Indonesia sangat bergantung pada karbohidrat olahan yang dikonsumsi dari pagi, siang, hingga malam.

Baca juga: Mengganti Nasi dengan Roti saat Berdiet itu Ternyata Percuma.

Pada pagi hari biasa sarapan bubur ayam, bubur berbahan tepung yang banyak di Jawa, atau ketoprak yang mencampurkan lontong dan bihun. Selanjutnya camilan juga didominasi karbohidrat yang kebanyakan memakai tepung. Termasuk gorengan seperti cireng, jajanan pasar, keripik, kerupuk, hingga dodol.

Untuk makanan siang dan malam, ada nasi dan berbagai lauk pauk berkarbohidrat. Bisa nasi dicampur perkedel kentang, mie goreng atau gorengan berbahan tepung. Pelengkap minumannya pun biasa tinggi gula. Misalnya kopi dan es teh manis.

“Di Indonesia kebanyakan makanan mengandung tinggi tepung atau karbohidrat. Jadi potensi di Indonesia adalah adiksi makanan terhadap karbohidrat. Misalnya kalau tidak makan nasi, seperti belum makan. Bisa jadi adiksi nasi,” tutur dr. Grace. Selain itu, kondisi ini bersamaan dengan peningkatan konsumsi makanan olahan dan cepat saji yang tinggi lemak, garam dan gula.

Ciri Adiksi

Adiksi makanan merupakan penyalahgunaan asupan makanan bukan karena keperluan nutrisi dan energi. Melainkan agar mendapat rasa senang atau motivasi diri. Dalam kasus adiksi karbohidrat, dr. Grace menjelaskan kaitannya, “Konsumsi karbohidrat olahan memicu produksi serotonin yang memberi perasaan tenang dan senang. Sekaligus meningkatkan dopamine yang menimbulkan efek kecanduan.”

Grace mengungkapkan kecanduan karbohidrat ini juga sudah dibuktikan lewat sebuah penelitian. Penelitian tersebut membandingkan otak orang normal, otak orang adiktif kokain, dan otak orang obesitas.

“Setiap orang memiliki zat dopamine di otak. Pada orang normal, hanya dengan mengonsumsi sedikit makanan, zat dopamine akan keluar,” ucap Grace.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan otak orang yang sudah kecanduan. Otak orang dengan adiksi kokain, maupun obesitas, dopamine tersebut tidak akan pernah cukup untuk memuaskan.

“Ketika makanan masuk, zat-zat tertentu akan dibawa oleh neurotransmiter. Zat itu nantinya akan diterima oleh reseptor di dalam otak. Namun, jika makanan yang masuk terlalu banyak, reseptor otak akan mati, sehingga dopamine tidak akan keluar.”

Hal itu kemudian akan memicu seseorang untuk terus menerus mengonsumsi makanan guna mengeluarkan dopamine di dalam otak. Padahal, konsumsi makanan berlebih bisa jadi pemicu penyakit akibat gaya hidup. Termasuk jantung, stroke, obesitas, dan diabetes mellitus.

Baca juga: Tips Diet, Dua Resep Minuman ini Bisa Membantu Meredam Adiksi Gula

Siasati Adiksi

Adiksi karbohidrat tidak bisa disembuhkan dengan pantang karbo. Bila ingin menjalani cara diet yang sehat, lightBUDDY tidak harus berhenti makan karbohidrat. Karena, karbohidrat diperlukan tubuh untuk energi. Namun, perlu dipilih jenis dan jumlahnya. “Keinginan untuk makan yang berasal dari rasa lapar di perut,” kata dr. Grace, “harus dipenuhi dengan memilih karbohidrat yang baik.”

Bila lightBUDDY mengalami ciri-ciri adiksi karbohidrat, pakar-pakar lightHOUSE Indonesia siap mendampingi dan memberikan tips untuk mengatasinya. Pendampingan ini penting karena adiksi tidak mudah untuk dihadapi sendiri, butuh bantuan dari orang-orang sekitar dan terapi yang mendukung.

“Karbohidrat itu punya faktor tidak mengenyangkan. Jadi seseorang akan cenderung makan dalam jumlah banyak sampai perut terasa penuh. Hal seperti ini yang membuat perut buncit karena tidak semua karbo dicerna sampai menimbun di perut,” tambahnya.

Baca juga: Apakah Makanan Diet Sehat Anda Mengandung Gula Tersembunyi

Adiksi karbohidrat biasanya berunjung pada kelebihan berat badan atau obesitas. Penanganannya tidak bisa hanya lewat satu sisi saja. Dibutuhkan program yang komprehensif, lengkap meliputi konsultasi nutrisi, terapi dengan supervisi medis, serta perubahan pola pikir dan penguatan kontrol diri dengan terapi psikologis. Program komprehensif semacam ini bisa lightBUDDY dapatkan di klinik lightHOUSE.

12/07/2016
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

Kunci Utama dalam Berdiet: Membedakan Lapar Kenyang

Apa yang kerap membuat diet lightBUDDY berantakan? Ternyata salah satunya adalah hal sederhana berikut: tidak bisa membedakan lapar-kenyang.

Lapar terjadi ketika ada stimulus dari luar yang mengirimkan sinyal lapar ke otak melalui indera penciuman, penglihatan. Ketika kita mencium suatu aroma makanan, indra penciuman secara otomatis akan memberikan sinyal ke otak. Nah dari otak ini akan dikirimkan lagi sinyal ke mulut untuk mengeluarkan air liur yang menandakan tubuh siap untuk proses makan atau yang kita kenal dengan lapar.

Pakar dari klinik lightHOUSE Indonesia, dr. Dyani Pitra Velyani, SpKJ menyampaikan, ketika proses makan terjadi, tubuh akan memberikan negative feedback. Negative feedback ini berupa proses dalam lambung yang akan mengeluarkan zat-zat seperti glukagon, dan insulin, yang bertugas memberikan sinyal negative ke otak. Begitu juga secara hormonal, proses pencernaan yang terjadi di lambung diikuti enzim-enzim yang keluar untuk memberitahukan bahwa proses makan sudah terjadi.

Ketika insulin sudah mulai dilepaskan, kadar glukosa sudah dalam darah dan masuk ke sel-sel, tubuh akan kembali memberikan sinyal bahwa sudah memasuki proses kenyang. Dengan masuknya makanan ke lambung juga akan membuat lambung menjadi lebih lebar, hal ini juga memengaruhi saraf-saraf yang ada di lambung untuk mengirimkan sinyal kenyang ke otak.

Dengan adanya saraf yang bertugas memberikan sinyal kenyang ke otak ketika lambung mulai mekar membuat beberapa orang melakukan manipulasi otak ketika sedang berdiet. Mereka minum air putih dengan jumlah banyak dengan tujuan mengurangi rasa lapar, padahal diet seperti ini tidak disarankan. Karena bagaimanapun juga tubuh memerlukan asupan energi untuk aktivitas sehari-hari.

Ada pula sebagian orang yang memilih melakukan diet dengan mengabaikan perasaan lapar, diet jenis ini sangat tidak direkomendasikan dan cenderung akan gagal. Ketika terjadi stimulus dari luar untuk mengirimkan sinyal lapar ke otak, sinyal tersebut diabaikan. Karena diabaikan, otak tidak mendapatkan reaksi kenyang. Hal ini membuat ketika tubuh mendapatkan asupan makanan, otak memberikan sinyal bahwa tubuh membutuhkan konsumsi makanan yang lebih banyak. Hal inilah yang membuat ketika kita skip makan siang, saat jam makan malam tubuh kita akan membutuhkan lebih banyak asupan makanan.

Kunci Utama dalam Berdiet: Membedakan Lapar Kenyang

Melatih Otak Untuk Merasa Kenyang

Proses makan merupakan proses belajar yang terjadi di otak. Ketika terjadi stimulus dari luar, tubuh diberi asupan makanan, lalu pada titik tertentu asupan makanan dihentikan karena kita mengerti asupan makanan yang dibutuhkan sudah cukup. Dengan deklarasi cukup yang kita berikan tersebut, otak juga akan belajar bahwa berapapun makanan yang kita konsumsi tersebut adalah cukup untuk membuat rasa kenyang.

Kebiasaan merasa cukup seperti inilah yang harus terus dilatih agar otak juga terbiasa untuk mengatur sinyal lapar kenyang sesuai yang kita mau. Normalnya otak butuh waktu sekitar 1 minggu untuk dapat belajar dari kebiasaan yang kita lakukan. Sebagai contoh, ketika melakukan ibadah puasa tubuh dengan sendirinya akan merasa tidak lapar karena niat yang sudah kita set di otak. Namun ketika memasuki waktu berbuka puasa, otak akan menyampaikan sinyal lapar karena kita juga sudah mengatur di otak bahwa pada jam tersebut tubuh akan menerima asupan makanan.

Mengendalikan lapar kenyang sebenarnya bukan perkara yang mudah, namun jika kita mau membiasakan diri, dan niat, otak dengan sendirinya juga akan ikut belajar menyesuaikan kebiasaan yang kita lakukan. di Klinik lightHOUSE kami memberikan pendampingan secara khusus untuk membantu pasien agar bisa memiliki kontrol diri yang tinggi.

Nah buat lightBUDDY yang memiliki masalah dalam mengendalikan lapar kenyang, sering kalap ketika makan bersama teman-teman,  atau mengalami gangguan makan lainnya, silahkan datang ke klinik lightHOUSE terdekat untuk konsultasi ya! Kami juga menyediakan benefit free konsultasi untuk pasien baru.

11/23/2016
Selengkapnya

Tag Populer

Artikel Populer

LEMAK SUBKUTAN SULIT HILANG? LAKUKAN INI!

10/26/2023

Sebelas Pertanyaan yang Sering Diajukan Tentang Diet

09/19/2016

SOFT OPENING KLINIK LIGHTHOUSE BEKASI!

10/21/2022