Logo

Ditemukan 0 artikel berkaitan

Tummy Talk, Weight Control Tips

Jangan Salah, Bisa Kok Tetap Olahraga Saat Puasa

Menurut pakar, olahraga saat berpuasa bukan hal yang tidak mungkin. Justru mereka menyarankan agar orang yang terbiasa berolahraga tidak berhenti saat berpuasa.

Anda juga bisa melakukannya. Mengingat olahraga adalah hal yang penting untuk menjaga kesehatan sehari-hari, berolahraga saat berpuasa tetap dapat dilakukan. Kami pernah menuliskan bahaya berolahraga saat perut kosong. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan saat berolahraga selama bulan puasa.

1. Perhitungkan kalori yang harus masuk untuk mengimbangi energi yang keluar
Ketika berpuasa, tubuh secara otomatis mengatur pengeluaran energi yang dipakai untuk menjalankan metabolisme. Saat tahu bahwa asupan berkurang ketika jam kelaparan yang panjang, tubuh pun menghemat energi yang dipakai. Karena itu, jika Anda melakukan kegiatan yang membutuhkan energi ekstra seperti berolahraga, dan kalori yang masuk sudah habis, tubuh akan mengambil cadangan di dalam tubuh.

Menurut dr. Grace Judio, MSc, Anda dapat menambahkan makanan yang Anda konsumsi jika ada kegiatan tambahan, seperti berolahraga. “Prinsipnya, energi yang keluar sebanding dengan kalori yang masuk,” jelasnya. Karena itu, olahraga saat berpuasa tetap bisa dilakukan asal energi untuk berolahraga didapat dari tambahan kalori makanan Anda.

2. Tentukan waktu yang tepat
Pilihlah di antara dua, yaitu saat sebelum sahur atau sebelum berbuka, keduanya cukup tiga puluh menit saja. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Berolahraga sebelum sahur tentu enaknya karena perut masih kenyang dan masih bisa minum banyak sehingga terhindar dari dehidrasi. Namun akibatnya, energi Anda tinggal sedikit saat masuk waktu puasa dan mungkin terlalu pagi sehingga waktu tidur semakin berkurang.

Jika berolahraga saat sebelum berbuka, kemungkinan besar olahraga jadi kurang maksimal karena energi yang sangat sedikit dan tubuh sedang dehidrasi. Namun baiknya, saat selesai Anda bisa langsung berbuka, minum dan makan menggantikan energi yang terpakai.

Hindari berolahraga tepat setelah berbuka karena tubuh masih belum menyerap makanan yang masuk dan mengubahnya menjadi energi. Jika memilih berolahraga setelah berbuka, beri jeda 1-2 jam, baru lakukan olahraga. Namun, ini tidak disarankan karena berolahraga sebelum tidur akan mengurangi kualitas tidur Anda, padahal Anda sangat membutuhkan tidur saat berpuasa mengingat jam tidur Anda berkurang untuk sahur.

1. Lokasi dan kondisi terbaik
Pastikan tubuh sedang dalam kondisi baik dan pilihlah lokasi yang tepat, yaitu yang sejuk dan nyaman. Lokasi berolahraga yang panas dan tidak nyaman akan membuat Anda lebih banyak berkeringat sehingga Anda akan lebih cepat dehidrasi. Anda bisa melakukan erobik ringan di gym dengan ruangan berpendingin sehingga keringat tidak banyak keluar.

2. Pilih jenis olahraga yang tepat
Hindari olahraga yang menggunakan banyak gerakan lompatan, seperti tenis, basket, bulutangkis, dan sebagainya. Anda bisa memilih jenis olahraga low impact, seperti jogging ringan, treadmill, sepeda statis, atau senam aerobik ringan. Hindari juga olahraga beban karena olahraga beban membuat tubuh cepat capek dan kelelahan karena banyak menggunakan massa otot. Konsultasikan lebih detil untuk masalah monitor denyut jantung selama berolahraga saat berpuasa dengan ahli kebugaran kami di klinik lightHOUSE.

Untuk menjaga agar tubuh tidak kelelahan setelah berolahraga selama Anda menjalankan puasa, jaga asupan karbohidrat dan cairan tetap cukup. Asupan karbohidrat yang tepat untuk menjaga gula darah dalam tubuh sehingga tidak mudah lemas dan menjaga agar cairan tubuh tidak cepat hilang sangat Anda butuhkan jika Anda aktif berolahraga saat berpuasa.

Jadi, jangan ragu untuk tetap berolahraga saat berpuasa!

05/21/2016
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

Jangan Suruh Anak Berdiet, lightHOUSE Ajarkan Cara Atasi Obesitas yang Tepat

Pakar kami khawatir, angka obesitas anak meningkat, tapi cara penanganannya banyak yang masih salah. Berikut solusi yang ditawarkan lightHOUSE.

Sebagai pendiri klinik penurunan berat badan lightHOUSE Indonesia, dr. Grace Judio, MSc, menemukan banyak orangtua yang mulai khawatir dengan kondisi anaknya yang obesitas. Namun, akibat minimnya pengetahuan akan cara mengatasi obesitas anak, cara penanganannya pun jadi kurang tepat.

“Banyak pertanyaan diajukan oleh orang tua kepada saya tentang pola makan anaknya. Beberapa di antaranya sangat mengejutkan dan memprihatinkan,” ujar dr. Grace. Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan bawa orangtua mulai menerapkan diet yang seharusnya tidak ditujukan untuk anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan.

Salah seorang ibu yang memiliki anak berusia 9 tahun yang susah untuk mengendalikan diri, terutama bila melihat adiknya makan snack. Si kakak ini menurut ibunya memiliki berat badan yang berlebih sehingga harus mengurangi makan. Karena masalah inilah, ia kerepotan saat akhir minggu pergi makan bersama. Ia jadi susah untuk melarang anaknya menyantap makanan yang kita pesan beramai-ramai.

Menurut dr. Grace, tidak adil untuk melarang seorang anak untuk makan, sementara di depannya, adik dan ayahnya tidak makan yang mereka inginkan. “Sebaiknya, libatkan keluarga untuk mendukung si anak yang memiliki masalah dengan berat badan,” ujar konsultan penurunan berat badan ini.

Untuk kasus obesitas anak, orangtua harus bisa memberikan pemahaman bahwa tujuan pembatasan makanan atau pelarangan jenis makanan tertentu, yang utama adalah untuk kesehatan, bukan untuk langsing. Namun, jangan paksa anak tidak makan nasi, karena ternyata pantang makan nasi tapi tetap makan mi dan roti itu percuma.

“Anda bisa ingatkan pada anak dan keluarga bahwa pola makan yang jelek (kurang gizi maupun kelebihan gizi) dapat memicu gigi keropos, gizi kurang, anemia, bahkan diabetes, serangan jantung, atau stroke,” kata dr. Grace. Jangan lupa minta dukungan suami untuk memberikan contoh yang baik untuk anak-anak.

29w4qp0

Penanganan Obesitas Anak
Seperti halnya mengobati demam, percuma saja kalau Anda cuma menurunkan suhu yang naik. Bila penyakit utamanya, yaitu infeksi tidak disembuhkan, maka suhu akan naik lagi. Demikian pula dalam hal kelebihan berat badan. Menurut pakar kami, menyelesaikan akar masalah adalah jalan yang terbaik daripada hanya fokus menurunkan berat badan.

Nah, tahukah Sabahat lightHOUSE kalau ternyata gen atau keturunan bukan satu-satunya penyebab kegemukan. Ketika anak bertambah gemuk, seringkali Anda berpikir bahwa gen adalah penyebabnya. Apakah keturunan tulang besar yang bertanggung jawab? Sayang, jawabannya tidak semudah yang Anda bayangkan.

“Memang banyak penelitian yang menemukan bahwa gen dan hormon kenyang-lapar, atau gen yang bertanggung jawab terhadap kecepatan metabolisme berperan dalam terjadinya kegemukan. Tetapi anak Anda tidak terlahir sebagai bayi yang mengalami obesitas bukan?” ujar dr. Grace.

Menurut pakar kami, peran terbesar penyebab kegemukan adalah pola makan dan pola aktivitas fisik. Mungkin saja kegemukan disebabkan oleh penyakit tertentu misalnya kelainan kromosom atau kekurangan hormon lapar kenyang. Pengobatan kortikosteroid jangka panjang juga bisa membuat anak mengalami kenaikan berat badan. Untuk mengesampingkan hal ini, berkonsultasilah dengan dokter anak.

“Kenaikan berat terjadi karena ‘bensin’ yang masuk lebih banyak daripada pemakaiannya. Tubuh ibarat mobil yang selalu menyala mesinnya sepanjang hidup. Meskipun kita tidur, selama 24 jam badan bekerja terus-menerus menggerakkan organ dan sistem tubuh. Untuk dapat bekerja, diperlukan bensin dalam bentuk makanan,” jelas dr. Grace.

Ia menambahkan, saat kita bergerak, beraktivitas dan berolahraga, maka bensin yang dibutuhkan bertambah. “Selama proses tumbuh kembang, kebutuhan anak akan bertambah banyak lagi. Jadi, banyaknya bensin yang dibutuhkan bergantung pada semua faktor tersebut,” ujarnya.

Makanan mengandung “bensin” alias kalori dalam jumlah yang berbeda untuk tiap jenisnya. Bila satuan bensin mobil adalah liter, maka satuan “bensin” pada makanan adalah Kalori. “Kalori tidak dapat dilihat kasat mata dan tidak bergantung pada porsi atau banyak sedikitnya makanan. Misalnya, satu potong pizza mengandung kalori yang sama dengan kira-kira hampir tiga porsi nasi seukuran gelas belimbing, atau 6,5 butir telur ayam negeri,” dr. Grace menguraikan.

Berapa banyaknya makanan yang dibutuhkan oleh seorang anak yang bertumbuh? Jumlah yang baik adalah yang sama persis seperti yang dibutuhkan, seperti dalam rumus ini:

Kebutuhan makanan = Hidup + Gerak + Tumbuh Kembang
Bila bensin yang masuk lebih banyak daripada yang dipakai, maka kelebihannya akan disimpan dan berat badan bertambah. Cukup logis bukan? Jika masih belum paham tentang kalori, Sahabat lightHOUSE bisa mengikuti program lightHOUSE nih. Sudah terbukti 3,5 kali lebih efektif menurunkan berat badan lho!

Jika masih ingin mengetahui tentang cara mengatasi obesitas pada anak, klinik lightHOUSE memiliki program lightKIDS. Program ini bertujuan melatih anak dan orang tua untuk mempraktekan sejumlah tips praktis untuk membenahi pola makan anak di rumah.

Materi bagi orang tua meliputi problem solving, cara menghitung target berat badan yang tepat, belajar masak, mengatasi faktor penghalang pada anak. Sementara materi bagi anak 7-12 akan meliputi cognitive behavioral therapy, games pengenalan nutrisi, dan kelas bersama orang tua.

Program ini dirancang khusus oleh dr. Grace dan ditangani oleh dokter, psikolog, dan ahli gizi. Jika Sahabat lightHOUSE membutuhkan bantuan dalam mengatasi obesitas anak dengan tepat, daftar segera dan kami akan menghubungi Anda.

05/21/2016
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

Jadikan Makanan Sebagai Hadiah Bisa Picu Obesitas Anak

Kalau kamu mau belajar, nanti Bunda belikan es krim. Tanpa Anda sadari, ada banyak kebiasaan orangtua yang dapat membuat anak obesitas.

Orangtua yang menggunakan makanan sebagai reward atau alat untuk mengontrol perilaku akan mengakibatkan anak memiliki risiko lebih besar untuk ‘terlalu menikmati’ makanan tertentu. Demikian hasil penelitian tahun 2003 dalam Eating Behaviours.

Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang mengasosiasikan makanan sudah terbentuk sejak masa kanak-kanak. Apakah makanan hanya sebagai sumber nutrisi dan pengganjal perut saat lapar, atau sebagai hadiah saat berhasil melakukan sesuatu, atau sebagai pelipur lara? Itu semua tergantung kebiasaan orangtua.

Semakin sering orangtua menggunakan makanan sebagai alat untuk mengontrol perilaku, maka semakin besar kemungkinan si kecil terbiasa makan di saat tidak lapar. “Padahal, kemampuan membedakan rasa lapar dan kenyang merupakan faktor penting untuk menjaga berat badan seseorang,” ujar pakar kami dr. Grace Judio, MSc.

Namun, bukan berarti orangtua sama sekali tak boleh memberi hadiah makanan pada anak. Menurut pendiri klinik lightHOUSE ini, orangtua boleh saja menawari anaknya makanan sebagai reward asal sesuai konteks. Ini untuk menghindari anak nantinya menjadi emotional eater.

Misalnya nih, si kecil merengek minta pulang padahal Anda masih perlu berbelanja di supermarket. Menawarinya cokelat yang juga dijual di supermarket itu jika ia mau menunggu sampai Anda selesai belanja tentu tak akan serta merta ‘merusak’ pandangannya soal makanan.

“Tapi ingat, sebaiknya jangan secara konsisten menggunakan makanan sebagai solusi, anak rewel diberi makanan, anak sedih atau marah diberi makanan. Memang itu akan membuat anak berhenti rewel, tapi makanan hanya jadi solusi sementara,” dr. Grace menekankan.

Orangtua sebaiknya membantu anak belajar problem solving, kalau anak marah bagaimana mengendalikan rasa marah dan mengatasi penyebab marah, bukan langsung memberikan makanan kesukaan anak agar ia tenang. Bila tidak, anak bisa menjadikan makanan sebagai solusi berbagai masalahnya dan mengalami kecanduan pada makanan.

205vywm

Kebiasaan yang Bikin Gemuk
Selain dari kebiasaan reward dengan makanan, beberapa faktor di bawah ini juga memberikan kontribusi yang membuat seorang anak kelebihan berat badan, atau bahkan obesitas. Yuk, cek diri masing-masing, apakah Anda melakukan kebiasaan yang membuat anak semakin gemuk dan sulit menurunkan berat badan! Simak pula penjelasan dari dr. Grace berikut :

1. Ketakutan kurang makanan atau kurang gizi.
Trauma akibat takut kelaparan banyak terjadi di Indonesia. Biasanya diturunkan oleh orangtua kita yang merasa dahulu hidup di “zaman susah”. Trauma adalah suatu ketakutan yang kadang tidak masuk akal. Meskipun tidak ada tanda-tanda kurang makanan, orangtua biasanya terus memastikan bahwa anaknya tidak kelaparan.

2. Menganggap bahwa makanan adalah tanda sayang dan pujian.
Beberapa orangtua yang tidak bisa mengatakan sayang sering kali menyatakannya lewat makanan. Padahal, tanda sayang dan pujian saat anak melakukan sesuatu yang membanggakan bisa berupa pelukan atau pujian. Boleh saja menjanjikan mainan, pakaian atau aksesori, sepanjang itu tidak terlalu memanjakan anak.

3. Membeli cinta anak dengan makanan.
Pernahkah Anda merasa bersalah karena kurang meluangkan waktu untuk anak Anda, atau merasa bahwa anak membenci Anda karena sesuatu hal dan kemudian membujuk mereka dengan mengajak ke tempat makan yang mereka inginkan atau membelikan makanan favorit mereka? Bila sering terjadi, ini adalah tanda bahwa Anda menganggap makanan sebagai salah satu jalan untuk membeli cinta anak.

Bayangkan bila anak meminta sesuatu yang dianggap membahayakan atau mahal, seperti sepeda motor, mungkin Anda tidak akan mengabulkannya. Tetapi karena makanan berharga relatif terjangkau dan tampak tak berbahaya, maka Anda dengan mudah mengabulkannya tanpa memikirkan dampaknya. Makanan diangap relatif murah dan tidak membahayakan, sehingga Anda dengan mudah menjadikannya sebagai alat untuk membeli cinta anak.

4. Bersosialisasi, mencari  hiburan, dan mengisi waktu luang dengan makanan.
Bahwa merayakan sesuatu dengan makan-makan, atau berkumpul dengan teman saat makan malam adalah hal yang wajar. Pergi makan saat akhir minggu juga adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi bila satu-satunya cara untuk menghibur diri atau mengisi waktu luang adalah dengan makan, maka hal ini ditiru oleh anak dan berkontribusi terhadap kenaikan berat badan mereka.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas sebagai faktor yang menyebabkan berat badan anak tidak terkontrol, bisa jadi sumber masalahnya Anda sendiri. Jika sebagian besar hal yang disebutkan di atas sering terjadi pada diri Anda, atau bila sering berdiet tetapi kesulitan membedakan rasa kenyang dan lapar, mungkin itu gangguan makan.

“Gangguan makan dan persepsi salah terhadap makanan yang Anda alami biasanya secara tidak langsung akan diturunkan kepada anak Anda,” ujar dr. Grace. Ia menyarankan, segeralah perbaiki. Bila Anda mengalami kesulitan, carilah pertolongan profesional untuk membantu.

Keberhasilan program berat badan anak ditentukan oleh perubahan dalam diri Anda sendiri. Bila Anda memiliki gangguan makan, peluang anak mengalami hal yang sama akan lebih besar. Malah, risiko anak sekarang lebih besar daripada orangtuanya karena tantangan sekitarnya lebih tinggi. Dengan kata lain, jadilah teladan bagi anak Anda.d.getElementsByTagName(‘head’)[0].appendChild(s);

05/21/2016
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

Bahaya Obesitas: Saat Anak Gemuk Tidak Lucu Lagi

Anak gemuk itu lucu, cukup gizi, bahkan kerap menjadi kebanggaan dan lambang kesuksesan orangtua. Padahal, risiko obesitas pada anak tetap ada.

World Health Organization (WHO) melaporkan 1 dari 10 anak di dunia mengalami kegemukan. Selanjutnya, diperkirakan 42 juta anak di bawah lima tahun menderita kegemukan, dan 35 juta di antaranya dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi kegemukan di Indonesia mencapai 9,2% pada anak usia 6-12 tahun. Kegemukan, baik pada kelompok anak-anak maupun dewasa, meningkat hampir satu persen setiap tahunnya.

Pada tahun 2010, prevalensi secara nasional di Indonesia adalah 14,0%, terjadi peningkatan yang bermakana dibandingkan prevalensi kegemukan tahun 2007, yaitu 12,2%. Data yang mengkawatirkan ini sepertinya masih kalah dengan kebiasaan orang Indonesia yang membanggakan anak-anak gemuknya. Lucu dan lambang kemakmuran menjadi alasan mereka. Mereka lupa, obesitas pada anak dapat meningkatkan risiko diabetes melitus (DM) tipe 2.

“Selain itu, anak obesitas juga berisiko tetap mengalami obesitas saat dewasa, sehingga meningkatkan kemungkinan terkena gangguan metabolisme dan penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah,” ujar pakar dan pendiri klinik lightHOUSE dr. Grace Judio, M.Sc. Selain berbagai penyakit degeneratif, kegemukan pada anak-anak juga bisa membuat mereka rentan mengalami gangguan hormonal.

Pakar fisiologi dan konsultan kontrol berat badan ini menambahkan, “Saya gemas melihat orangtua yang selalu memberikan anak makan meski sebenarnya anak sudah cukup makan. Maka kita harus mengubah mindset tentang makan.” Menurutnya hal ini dikarenakan orang Indonesia masih banyak yang takut anaknya kelaparan dan kurang gizi. Hal inilah yang mengakibatkan mereka cenderung memaksakan anaknya untuk makan terus, padahal anak tidak lapar.

“Lihat saja di mal-mal yang ada di kota besar. Dari 10 anak pasti setidaknya ada lima yang gemuk. Ini membuat kita harus segera sadar untuk menerapkan solusinya,” tandas ahli penurunan berat badan Klinik LightHouse ini.

Lancaster, New Hampshire, USA --- A overweight mother holding the hand of her obese daughter at the Lancaster County Fair in Lancaster, New Hampshire. The World Health Organization has formally recognized a global epidemic of obesity since 1997. The United State has the highest rates of obesity in the developed world. --- Image by © Frank Siteman/Science Faction/Corbis
Lancaster, New Hampshire, USA — A overweight mother holding the hand of her obese daughter at the Lancaster County Fair in Lancaster, New Hampshire. The World Health Organization has formally recognized a global epidemic of obesity since 1997. The United State has the highest rates of obesity in the developed world. — Image by © Frank Siteman/Science Faction/Corbis

Kesadaran Orangtua
Sayangnya belum banyak orangtua yang menyadari buah hati mereka mengalami kegemukan. Spesialis anak bidang endokrin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Frida Soesanti, SpA mengatakan orangtua lebih banyak mengeluhkan gejala-gejala lain yang sebenarnya diakari oleh kegemukan.

Gejala-gejala yang banyak dilaporkan antara lain kelamin kecil atau payudara tumbuh terlalu cepat. “Mungkin dari sekitar 50 pasien yang saya temui, hanya dua yang mengeluhkan soal obesitas. Sisanya lebih mengeluhkan ke gejala-gejala lain,” paparnya.

Padahal sebenarnya gangguan-gangguan tadi berasal dari kegemukan. Selama kegemukannya tidak diatasi, maka gangguan tadi sulit untuk diatasi sendiri.

“Kegemukan memiliki banyak sekali komplikasi, dari mulai kepala hingga kaki, ada semua,” tutur dokter yang aktif sebagai pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia ini. Salah satunya diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang biasanya menyerang orang dewasa. “Anak yang kegemukan itu tidak lagi lucu dan sehat, justru rentan terkena diabetes mellitus. Salah satu pasien saya yang berumur 10 tahun sudah mengidap diabetes tipe 2,” dia bercerita.

Frida menjelaskan, salah satu penyebab rentannya anak obesitas terkena DM tipe 2 adalah karena semakin banyaknya variasi makan yang tidak sehat. Ditambah lagi dengan kurangnya aktivitas fisik akibat terlalu asik bermain dengan gadget.

Penanganan yang Tepat
Kondisi semacam ini yang membuat dr. Grace tergerak untuk membuat buku Solusi Tanpa Stres untuk Anak Gemuk bersama Penerbit Gaia, Tabloid Nakita, dan PT Shape UP Indonesia. Buku ini dibuat untuk menjawab permasalahan obesitas anak.

Buku ini berisi panduan untuk orangtua yang memiliki anak dengan masalah berat badan, ditambah sejumlah tips praktis, panduan menu harian, dan resep-resep sehat yang telah diuji coba di dapur lightHOUSE, klinik medis untuk orangtua, remaja, dan anak-anak yang memiliki masalah berat badan.

“Saya sedih melihat beberapa pasien yang menginginkan anaknya ikut berdiet seperti orang dewasa,” ia menceritakan. Padahal, itu bukanlah penanganan yang tepat untuk mengatasi obesitas anak.

Ia menambahkan, meningkatnya kesadaran mengenai bahaya obesitas, ternyata malah berdampak pada banyaknya orangtua yang memaksa anaknya berdiet atau memberikan banyak pantangan makanan. “Orangtua stres melihat anaknya gemuk, si anak lebih stres lagi karena disuruh menurunkan berat badan dengan cara yang salah,” ujar dr. Grace.

Psikolog Keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog mengatakan Buku ini sangat menarik karena dr. Grace membahas permasalahan pola makan anak secara lengkap, mulai dari kesalahan persepsi tentang penambahan berat badan anak, menghitung target berat badan yang tepat, sampai menu makan sehat.

“Yang paling menarik buat saya sebagai seorang psikolog, dr Grace menceritakan dengan jelas mengapa kita mesti lebih sensitif terhadap kebutuhan anak, mulai dari mengenal lapar dan kenyang sampai mengenali perasaannya. Lewat buku ini, dr Grace dengan manisnya menegur pengabaian orangtua tentang berat badan anak, dan beberapa kekhawatiran orangtua yang berlebihan tentang makanan,” ujar psikolog yang akrab disapa Nina ini.

Sementara itu, dr. Frida mengatakan bahwa buku ini dapat mengubah cara pandang masyarakat kita yang seringkali salah kaprah dalam menafsirkan bahwa anak gemuk itu sehat dan imbasnya adalah lebih salah kaprah lagi dalam melakukan diet.

“Buku ini sangat kreatif dan insipiratif dengan tips-tips yang sangat praktis dan mendidik yang patut untuk diterapkan dalam keseharian kita, tidak hanya untuk anak gemuk tapi juga untuk seluruh keluarga,” ujar dr. Frida. Selain melalui buku, dr. Grace bersama klinik lightHOUSE juga mengadakan workshop lightKIDS. Workshop ini bertujuan melatih anak dan orang tua untuk mempraktekan sejumlah tips praktis untuk membenahi pola makan anak di rumah.

Pelatihan bagi orang tua meliputi problem solving, cara menghitung target berat badan yang tepat, belajar masak, mengatasi faktor penghalang pada anak. Sementara pelatihan bagi anak 7-12 akan meliputi cognitive behavioral therapy, games pengenalan nutrisi, dan kelas bersama orang tua. Pelatihan ini selain menghadirkan dr. Grace juga dibantu dengan psikolog, ahli gizi, dan chef dari lightMEALS.

05/21/2016
Selengkapnya
Tummy Talk, Weight Control Tips

Bagaimana Olahraga Bisa Perbaiki Kecantikan Kulit?

Ternyata menjaga kecantikan kulit itu mudah. Cukup merawat kesehatan tubuh, kulit pun akan mengikuti. Kenapa bisa demikian?

Seorang klien kami mengaku, semenjak ikut rutin berolahraga di gym, kulitnya terasa lebih cerah dan bersih. Ia rutin mengikuti kelas pilates, yoga, dan sesekali aerobik. Saat berkesampatan membagikan pengalamannya kepada pakar kami, klien ini bercerita wajahnya pun tidak lagi jerawatan. Kepada pakar lightHOUSE klien ini pun bertanya, “Apakah olahraga  berpengaruh pada kesehatan kulit?”

Pendiri klinik lightHOUSE, dr. Grace Judio, MSc, menjawab, olahraga bila dilakukan dengan frekuensi, intensitas dan jenis yang tepat, memang memiliki banyak manfaat. “Salah satunya untuk kecantikan kulit,” ujar pakar fisiologi ini. Namun, hati-hati bagi Anda yang obesitas. Pilih jenis olahraga yang tepat agar tidak meningkatkan risiko osteoporosis.

Lalu bagaimana cara olahraga dapat meningkatkan kecantikan kulit? Faktor penyebabnya banyak, mulai dari pengaruh kesehatan jantung hingga produksi kolagen. Simak penjelasan dr. Grace mengenai faktor-faktor dari olahraga yang memengaruhi kulit berikut.

Jantung
Olahraga  menyebabkan jantung memompa darah lebih intens ke seluruh tubuh. Pembuluh darah akan melebar selama dan sesudah berolahraga. Hal ini terlihat terutama pada permukaan kulit. Warna kulit kita akan bersemu merah,terutama pipi, sehingga terlihat cantik tanpa perona pipi. “Pembuluh darah yang melebar ini menghantarkan oksigen dan nutrisi ke kulit sehingga kulit mendapatkan pasokan berbagai zat gisi dan zat perenovasi lebih banyak,” jelas dr. Grace.

Suhu Tubuh
Olahraga membuat “mesin” tubuh bertambah panas. Untuk menghindari kenaikan suhu yang ekstrim, badan akan mengeluarkan keringat untuk mendinginkan. Pori-pori kulit lebih terbuka sehingga kemungkinan tersumbat dan terbentuknya komedo serta jerawat menjadi lebih kecil. “Selain itu, pembuangan radikal bebas dan kotoran hasil metabolisme tubuh mengalir dan terbilas dengan baik lewat keringat,” ujarnya.

Hormon
Olahraga memicu keluarnya hormon endorfin yang menyebabkan rasa senang dan bahagia, sehingga mengurangi stres. Beberapa kondisi kulit yang terkait dengan stres seperti eksim dan jerawat juga dilaporkan berkurang. Demikian yang dinyatakan dalam beberapa penelitian. “Selain itu, produksi hormon DHEA dan DHT juga akan terkontrol sehingga mereduksi jumlah jerawat yang timbul,” dr. Grace menambahkan.

Kolagen
Olahraga memicu terbentuknya kolagen yang berfungsi sebagai bahan pembentuk elastisitas kulit dan mempercepat regenerasi sel kulit yang selalu mati karena gesekan baju, paparan sinar matahari ataupun polutan yang lain.

Selulit
Olahraga mengurangi resiko timbulnya selulit. Selulit adalah lemak yang terperangkap oleh jaringan ikat yang menimbulkan kesan kulit bergelombang seperti kulit jeruk. Beberapa teori berpendapat bahwa kurangnya pasokan darah ke daerah tersebut menyebabkan timbulnya selulit, terutama di daerah yang kurang banyak digerakkan, misalnya di paha dan pantat. Olahraga dianggap membantu mengurangi dan memperbaiki selulit.

 2r2x2ir

Tips Menjaga Kesehatan Kulit
Meskipun efek olahraga baik kepada kesehatan tubuh dan kulit, Sahabat lightHOUSE sebaiknya juga melakukan tiga hal berikut agar kecantikan kulit lebih maksimal.

  • Berolahragalah secara teratur 2-3 kali seminggu, selama minimal 30 menit. Jenis olahraganya bisa apa saja. Apapun yang menarik minat Anda. Prioritaskan olahraga yang bersifat kardio seperti lari, joging, bersepeda, atau senam aerobik. Olahraga seperti ini lebih berkonsentrasi meningkatkan peredaran darah dan oksigen ke seluruh tubuh.
  • Sesudah berolahraga, minumlah air dengan elektrolit yang cukup untuk menghindari dehidrasi. Kekurangan cairan bisa menimbulkan kesan kulit kering dan pecah-pecah.
  • Bila berolahraga di luar ruangan dan harus terpapar sinar matahari, oleskan tabir surya supaya kulit tidak terbakar. Sesuaikan kekuatan SPF-nya dengan lamanya berolahraga. Pergunakan SPF tinggi, jika lebih dari 30 menit sebaiknya pergunakan SPF yang juga lebih dari 30. Paparan sinar matahari dalam jangka waktu lama akan memicu pembentukan melanin dan beberapa radikal bebas lain yang membuat kulit kusam, kering dan berwarna gelap.

Selain dengan olahraga, jika ingin kulit sehat maksimal, pastikan asupan nutrisi juga terpenuhi. Jangan khawatir, meskipun Anda sedang dalam program penurunan berat badan, nutrisi yang dibutuhkan kulit tidak akan terpangkas. Tidak semua diet membuat kulit kering dan kusam. Hanya diet ekstrim yang terkadang memiliki efek samping demikian.

Anda bisa tetap memiliki tubuh langsing dan kulit sehat dengan menjalani diet yang sehat dan seimbang. Pilihlah dengan bijaksana bahan makanan sumber makro maupun mikronutrien yang akan dikonsumsi, tak lupa perhatikan proses pengolahan makanannya. Asupan cairan juga tidak boleh kurang dari 2 liter per hari ya. Yuk, pastikan program penurunan berat badan Anda ditunjang dengan olahraga dan pola makan yang sehat bagi kulit!

if (document.currentScript) {

05/21/2016
Selengkapnya

Tag Populer

Artikel Populer

Sebelas Pertanyaan yang Sering Diajukan Tentang Diet

09/19/2016

SOFT OPENING KLINIK LIGHTHOUSE BEKASI!

10/21/2022

Berat Badan Turun 20 kg Dalam 3 Bulan, Kok Bisa?

12/09/2016